Fenomena Satu PT Naungi Banyak Media Online Bahkan Catut Nama Dewan Pers Semakin Liar, DP Diminta Turun Tangan
- account_circle Dick
- calendar_month Sel, 12 Agu 2025
- visibility 31

JAKARTA – Fenomena Saru PT rame rame kian merebak di dunia media online. Satu perusahaan berbadan hukum Perseroan Terbatas (PT) kini kerap menjadi payung bagi puluhan portal berita daring, menimbulkan pertanyaan soal legalitas dan profesionalisme pers.
Tidak hanya itu, mereka juga membawa nama Dewan Pers dengan mencantunkan nomor atau kode yang menurutnya terdaftar di Dewan Pers.
Modus ini biasanya dilakukan dengan cara satu PT didaftarkan namun di bawah naungannya terdapat banyak nama media online yang menggunakan legalitas PT tersebut untuk mengklaim status perusahaan pers.
Praktik ini dikhawatirkan merusak ekosistem media yang sehat dan menabrak prinsip profesionalisme.
Bahkan logo lembaga negara-pun acapkali dipampang dan dijadikan logo media, menimbulkan keresahan publik.
Sejumlah pengamat pers menilai, fenomena ini tidak hanya berpotensi menyalahi aturan, tetapi juga mempersulit penegakan kode etik jurnalistik.
“Kalau satu PT menaungi banyak media tanpa manajemen redaksi yang jelas, ini rawan menjadi pabrik berita asal jadi. Akhirnya yang dikorbankan adalah kepercayaan publik terhadap media,” ujar Robert, pemerhati media, Selasa (12/8/2025).
Menurutnya, Dewan Pers harus segera turun tangan menertibkan fenomena ini, dengan memperketat verifikasi perusahaan pers dan memastikan setiap media memiliki badan hukum sendiri atau struktur manajemen yang jelas.
“Kalau dibiarkan, akan banyak media abal-abal yang berlindung di balik satu PT dan seenaknya mengklaim status resmi. Ini bisa jadi lahan subur bagi penyalahgunaan,” tegasnya.
Fenomena “PT seribu umat” dinilai juga berpotensi menjadi modus bisnis ilegal di sektor pers. Dengan hanya satu akta PT, pemilik dapat menjual “payung hukum” ke banyak media online yang ingin terlihat legal tanpa melalui proses pendirian perusahaan sendiri.
“Dewan Pers harus tegas. Kalau tidak, media berkualitas akan kalah bersaing dengan media instan yang hanya mengandalkan status numpang di PT,” pungkas Robert.
- Penulis: Dick

 
         
         
         
         
         
         
         
         
         
         
         
         
         
         
         
        